Beriman Tanpa Rasa takut

Download Now



Title : Beriman Tanpa Rasa takut

By : Irshad Manji


The Trouble with Islam Today: A Muslim’s Call for Reform in Her Faith

By: reneehall

Itu judul buku yang baru selesai kubaca hari ini. Judul Indonesianya Beriman Tanpa Rasa Takut, diterbitkan oleh Nun Publisher --akhirnya. Penulisnya Irshad Manji seorang jurnalis yang kolom-kolomnya muncul secara teratur di New York Times, Wall Street Journal, Times of London, Al-Arabiya.net dan sejumlah sumber berita besar lainnya. Dia juga penulis tetap feature untuk Globe and Mail Canada.

Irshad juga seorang pendiri Project Ijtihad, yaitu sebuah usaha untuk memperbaharui cara berpikir kritis, berdebat dan berpikir alternatif (baca:berbeda) dalam tradisi Islam. Seorang Senior Fellow dalam European Foundation for Democracy Director of the Moral Courage Project pada New York University yang bertujuan untuk mengembangkan pemimpin-pemimpin yang akan challenge political correctness, intellectual conformity dan self-censorship. Dalam semangat terbaik dari pendidikan bebas, the Moral Courage Project mengajarkan bahwa hak datang bersamaan dengan tanggung jawab, bahwa kita adalah sebuah warga masyarakat bukan anggota dari suku-suku dan bahwa keberagaman hanya berarti apabila tidak hanya identitas tetapi perbedaan ide juga diterima.

Buku ini adalah buku yang kuimpikan. Aku membacanya dengan rakus, sampai pundak dan mataku tegang. Emosiku mengharu biru. Inilah dia segala hal yang selama ini ingin kusampaikan.

Semula dengan menulis ini aku ingin menulis ‘tentang’ buku ini. Tetapi setelah aku selesai membacanya aku rasa aku tidak akan bisa menuliskan dengan lebih jelas lagi duduk permasalahannya, lebih baik orang-orang membaca buku ini sendiri. Irshad telah berbaik hati menyediakan terjemahan Bahasa Indonesia dalam websitenya http://www.irshadmanji.com/indonesian-edition . Jadi ku ajak Anda semua yang sudah muak dengan keadaan kita sekarang untuk melihat lebih dekat apa sebenarnya yang sedang terjadi di sekitar kita.

- Kenapa tiba-tiba pelajaran Budi Pekerti hilang dan istilahnya diganti dengan ‘akhlak’?

- Kenapa banyak sekolah negeri yang lebih mirip madrasah-madrasah yang disubsidi pemerintah dari pada sekolah umum biasa untuk seluruh rakyat?

- Kenapa di seluruh instansi pemerintah pemandangan yang kita temui nyaris seragam: :perempuan berjilbab? (bahkan seniman Dede Yusuf yang baru terpilih minggu ini jadi wakil gubernur Jawa Barat berpose dengan istrinya yang mengenakan kerudung)

- Kenapa begitu banyak muatan pelajaran agama di sekolah-sekolah negeri?

- Kenapa anak perempuan di sekolah-sekolah negeri pun di paksa berjilbab (dengan cara halus maupun kasar)?

- Kenapa banyak daerah-daerah tiba-tiba menuntut penerapan syariah Islam (yang sayangnya sudah terjadi di beberapa tempat)?

- Kenapa orang Islam bertambah arogan, munafik dan makin jauh dari makna ISLAM?

- Kenapa kaum fundamentalisme bisa berkembang subur?

- Kenapa sekarang sulit sekali mengucapkan selamat suka cita maupun duka cita pada tetangga kita yang berlainan iman?

- Kenapa orang Islam umumnya membenci Yahudi?

- Apakah Islam agama yang benar sementara ajarannya juga menghalalkan darah orang lain untuk dibunuh (lihatlah para penjahat yang melakukan pengeboman dimana-mana dengan berlindung pada ayat Al Qur’an juga) ?

- Apakah negara yang berdasar Islam lantas menjadikan masyarakatnya benar-benar makmur, aman, terlindungi bukannya malah tambah miskin dan teraniaya terutama kaum wanitanya?

- Apakah benar bahwa Islam adalah satu-satunya solusi seperti yang sering didengung-dengungkan partai Islam atau kelompok-kelompok Islam garis keras?

- Apakah untuk menerapkan Islam secara benar kita harus kembali ke masa permulaan Islam, sehingga harus juga menerapkan hukum yang berlaku di padang pasir di tengah-tengah orang jahil pula? (saking jahilnya sampai-sampai hukuman untuk mereka adalah rajam, potong tangan, penggal kepala, dikubur hidup-hidup, di mana letak kemanusiaannya bila ingin diterapkan pada manusia masa kini yang kecerdasan dan kesadarannya lebih maju beberapa abad, apalagi ingin diterapkan di Indonesia, yang bodohnya mereka tidak tahu kalau leluhurnya telah berbudaya tinggi, bermoral tinggi dan memahami hidup dan kehidupan lebih dari mereka yang sekedar membaca Al Quran)?

Masih banyak kenapa-kenapa dan apakah-apakah yang lain. Untuk sementara cukuplah itu. Di buku ini dibeberkan masalahnya. Duduk perkaranya hingga akhirnya kini keadaan bermuara seperti yang kita lihat saat ini.

Intinya adalah saat ini sebenarnya yang terjadi adalah ARABISASI, bukan Islamisasi. Sayangnya banyak orang tidak menyadari dan secara sistematis yang telah sadar pun dibuat tidak menyadarinya lagi.

Sialnya mereka yang tidak sadar itulah yang rajin cuap-cuap di media baik koran, majalah, radio, TV, internet dan dengan sombong berkoar-koar tentang Islam dan hukum Islam yang mereka hanya tahu kulitnya.

Kalau ada orang yang berpikir atau mencoba berpikir, bertanya, mempertanyakan –contohnya hal-hal di atas--di katakan menuhankan pikiran. Aku pernah mengalaminya sendiri. Waktu ku balik dia dengan pertanyaan sebenarnya dari mana kelompoknya mendapat dana untuk berdakwah kesana kemari mencari pengikut dan bisa sibuk seharian hanya bicara dan berdebat menyuruh orang agar berhenti bertanya dan berpikir, dia membisu.

Kata menuhankan pikiran adalah cara ala Indonesia untuk secara sistematis membuat orang tidak ingin berpikir lagi. Menjadi taqlid. Sehingga apapun yang dikatakan imamnya, yang dikatakan kyai, ustadz, yang dikatakan MUI, akan diikuti dengan keyakinan penuh. Berani mati!


Dan Ijtihad pun mati!

Apabila tidak ada lagi yang berijtihad, maka akan lahirlah penguasa-penguasa baru yang berjubah kebesaran agama sebagai penafsir satu-satunya yang benar dan di diridhoi. Ingin tahu ujungnya? Ujung yang satu : kekuasaan. Ujung satunya lagi : duit.


Jadi saudara-saudaraku , siapapun juga yang membaca tulisan ini. Cobalah kunjungi Irshad Manji. Dengarlah apa yang disampaikannya. Cerna!. Dia memiliki pengalaman yang jauh lebih baik dan banyak dari kita yang mudah-mudahan tetap dapat hidup damai di Indonesia dan dia pandai pula menceritakannya kepadamu.

Aku ingin mendengar pendapatmu. Apakah kau berjalan bersamaku?


Salam dan Semoga engkau diberkati! [fullfree]